Breaking News

IBRAHIM Menghancurkan "TUHAN"

Syahdan, Nabi Ibrahim memiliki cara unik dan metode rasioanal ketika memberikan peringatan kepada kaum penyembah berhala . Suatu hari, Masyarakat yang dipimpin raja lalim bernama Namrud sedang mengadakan perayaan.(Kenduri Nasional he…he…).Kala itu pemuda Ibrahim mengendap memasuki rumah peribadatan , yang didalamnya menyimpan puluhan berhala batu dalam berbagai rupa , bentuk, dan ukuran.Ditengah keasyikan rakyat Namrud berpesta pora itu, Ibrahim asyik sendiri mengayunkan kappa besarnya memecah dan menghancurleburkan seluruh berhala. Hanya satu patung terbesar yang disisahkan. Yang kepadanya Kapak lantas dikalungkan.

Perbuatan Ibrahim ini ternyata dipergoki atau sengaja memperlihatkan diri agar diketahui seseorang yang lantas mengadu kepada sang Namrud . Demi mendengar kabar “Kekurangajaran” Ibrahim,sang Raja alim terperanjat murka, lantas mengintruksikan untuk menghadapkan pemuda yang bernama Ibrahim kepada dirinya.

Sinhkat cerita, dengan mata yang memerah marah, Namrud mulau mengintrogasi , “Ibrahim, benarkah kau yang menghancurkan seluruh berhala ini ?”

Ibrahim muda,Ibrahim yang pemberani dengan tenang dan entengnya menjawab “Bukankah baginda melihat , dileher berhala besar itu tergantung sebuah kapak ?Sangat mungkin berhala besar itulah yang melakukakan penghancuran dan perusakan , karena dirinya merasa disaingi oleh berhala-berhala lainnya.”

Mendengar jawaban itu, Namrud bertanya lagi, kali ini dengan nada yang keras menggelegak, menahan gejolak ,”Manapun berhala bias merusak ,Menghancurkan berhala lain ? Bukankah ia hanya sebuah batu yang tak bisa bergerak?

Ibrahim segera menukas kalem ,”Untu lebih jelas, tak ada salahnya Baginda bertanya kepada berhala sembahan Baginda dan seluruh rakyat negeri ini”.

Kejengkelan Raja memuncak , menggelegak, dan lantas membentak,”Ibrahim, Kamu jangan mempermainkan saya. Mana mungkin berhala bisa bicara?”

Mendengar pernyataan itu Ibrahim bukannya takut mengerut, ataupun ciut (he…he..) Ia justu tersenyum , lantas berkata santai , ”kalau Baginda sudah tahu berhala tak bisa bicara , bahkan tak bisa apa-apa ,lantas untuk apa Baginda menyembahnya?”

Mendengar ucapan itu , Namrud terperanjat kaget , bagai disambar geledek , lantai sontak berdiri dari singgasana .Dalam hati kecilnya “Mungkin” mengakui rasionalitas ibrahim. Namun demi menjaga gengsi harga diri, Namrud memvonis Ibrahim, dengan hukuman dibakar hidup-hidup.Namun dengan seizing Allah SWT , api tidak dapat membakar Ibrahim.

Hikmah :

Ketika kita mempunyai argumentasi yang rasional dan logis tentang suatu kebenaran , maka kepada siapa pun berhadapan tentunya tidak perlu grogi apa lagi ngeri (he…he…).Dalam menyiarkan kebenaran , suatu Argumentasi yang kuat , perlu kita persiapkan agar tidak dapat dipacundangi. Dakwah dengan asal srunduk, hajar, hanya berlandas semangat emosioanal yang tak Rasional , justru hanya akan membawa petaka.

Dengan Logika yang arif ,bijak bersih, luhur ,agung cemerlang dan lain sebagainya , kita dapat mencari dan menemukan Tuhan yang sebenarnya .” Di dunia kita memang dihadapkan kepada banyak agama dengan tuhan yang berbeda –beda. Tentu hakekat Tuhan yang benar – benar tuhan hanya satu. Kebenaran mutlak adalah satu, bukan dua, apalagi tiga. Tuhan telah membekali manusia dengan akal pikiran.Tergantung si manusia , apakah mau menggunakannya secara bijak ,arif, kritis dan kreatif ataukah akan dimanfaatkan secara summon ,bukmun,umyun (membuta,tuli dan bisu).Mungkinkah Tuhan berwujud seperti pohon , binatang ,manusia ataupun benda yang lainnya. Akal yang kreatif dan nurani yang imajinatif niscaya dapat memberi argumentasi yang lurus . Tuhan yang bener – benar tuhan tentu saja Esa. Dalam sifat maupun dalam dzat_Nya. Jika ada Tuhan menyerupai sesuatu , apalagi diperanakkan ataukah mempunyai anak, dia pasti Tuhan palsu.Laisa kamitslihii syaiun (tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya) .Jika dia diperanakkan , berarti dia ada karena sesuatu sebab, Jika ekstensinya dikarenakan sesuatu sebab , berarti dia tergantung kepada pihak lain. Jika bergantung kepada pihak lain, berarti dia bukan Tuhan.

sumber : Buku Kisah & Hikmah